Jumat, 04 November 2011

Materi Navigas Darat


Navigasi Darat


Pendahuluan

Sebagai orang yang dekat dengan alam, pengetahuan mengenai peta, kompas serta penggunaannya mutlak harus dimiliki. Perjalanan ketempat-tempat jauh dan tidak dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan arau tersesat digunung dan hutan, serta bencana alam. Navigasi darat adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik dimedan sebenarnya maupun dipeta. Oleh sebab itu, pemahaman kompas dan peta serta teknik penggunaannya harus dipahami.

Peta

Secara umum, peta dinyatakan sebagai penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dilihat dari atas, dan diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan tertentu. Peta sendiri kemudian berkembang sesuai kebutuhan dan penggunaannya. Untuk keperluan navigasi darat, umumnya dipakai Peta Topografi.

Peta Topografi (Rupabumi)

Kata topografi berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti gambar.



1324-III

Peta topografi memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk-bentuk garis kontur. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Pada peta topografi disertakan pula berbagai keterangan yang akan membantu mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan.

a. Judul Peta

Judul peta terdapat pada bagian atas tengah peta. Judul peta penyatakan lokasi yang ditunjukan oleh peta yang bersangkutan. Lokasi berbeda maka judul berbeda pula.

b. Nomor Peta

Nomor peta biasanya dicantumkan disebelah kanan atas peta. Selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk bila kita memerlukan daerah lain disekitar daerah yang dipetakan. Biasanya bagian bawah disertakan juga indeks nomor yang dicantumkam nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.

c. Koordinat Peta

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yaitu garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yag resmi dipakai ada dua, yaitu :

1. Koordinat Geografis (geographical Coordinate)

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (Bujur Barat dan Bujur Timur) yang tegak lurus dengan khatulistiwa, dan garis lintag (Lintang Selatan dan Lintang Timur) yang sejajar dengan khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.

2. Koordinat Grid (grid Coordinate atau UTM)

Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol ini terletak disebelah Barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari Selatan ke Utara, sedangkan garis horizontal diberi nomor urut dari Barat ke Timur.

Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 4 angka untuk daerah yang luas atau 6 angka untuk daerah yang lebih sempit.

d. Kontur

Kontur adalah adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik sama dari muka laut.

e. Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontal pada lapangan.

1. Skala Angka

Contoh :

1 : 25.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan sebenarnya.

1 : 50.000 berarti 1 cm jarak dipeta = 50.000 cm (500 m) jarak horizontal di medan sebenarnya

2. Skala Garis

Contoh :

f. Tahun Peta

Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun bembuatanya, maka data yang disajikan akan semakin akurat.

g. Arah Peta

Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara peta. Cara paling mudah yaitu dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada peta. Arah tulisan adalah arah Utara peta. Pada bagian bawah peta biasanya juga terdapat petunjuk arah Utara peta, arah sebenarnya, dan utara magnetis. Untara sebenarnya menunjukan arah utara kutub bumi. Kutub utara megnetis menunjukan Kutub Utara magnetis bumi. Kutub utara magnetis bumi terletak tidak bertepatan dengan kutub utara bumi, kira-kira disebelah utara Kanada, di Jasirah Boothia. Karena pengaruh rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ketahun. Utara magnetis adalah utara yang ditunjukan oleh jarum magnetis kompas. Untuk keperluan praktis utara peta, utara sebenarnya dan utara magnetis dapat dianggap sama. Untuk keperluan yang lebih teliti, perlu dipertimbangkan adanya Ikhtilap peta, Ikhtilap magnetis, Ikhtilap peta magnetis dan variasi magnetis.

1. Ikhtilap Peta

Adalah beda sudut antara Utara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan pada peta.

2. Ikhtilap Magnetis

Adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara magnetis

3. Ikhtilap Peta Magnetis

Adalah beda sudut antara utara peta dengan utara magnetis bumi.

4. Variasi Magnetik

Adalah perubahan/pergeseran letak kutub magnetic bumi pertahun

h. Legenda Peta

Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai pada peta tersebut. Yang penting diketahui : triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, desa dan pemukiman, dll.

I. Membaca Peta

peta ut diktat

a. Sifat-sifat Garis Kontur

Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan menginterpretasikan peta, yaitu kemampuan membaca peta dan membayangkan keadaan medan sebenarnya. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa sifat garis kontur, sebagai berikut :

§ Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi, kecuali bila disebutkan khusus hal-hal tertentu serta kawah.

§ Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.

§ Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap walaupun kerapan kedua garis berubah.

§ Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang, sedangkan daerah terjal/curam mempunyai kontur rapat.

b. Ketinggian Tempat.

Menentukan ketinggian suatu tempat dapat dilakukan dengan dua cara . cara pertama : lihat interval kontur peta, lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada ketentuan umum : interval komtur = 1/2000 skala peta, tetapi itu tidak selalu benar. Beberapa Topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25 m) kemudian diperbesar menjadi skala 1 : 25.000 dengan interval kontur tetap 25m.

Dalam operasi SAR digunung hutan misalnya, sering peta diperbesar dengan cara diphotocopy. Untuk itu interval kontur harus tetap ditulis. Peta keluaran Bokosurtanal (1 : 50.000) membuat kontur tebal untuk tiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m, dst) atau setiap selang 10 kontur. Seri peta keluaran AMS (skala 1 : 50.000) membuat garis kontur untuk setiap kelipatan 100 m (missal 100, 200, 300 m, dst). Peta keluaran Diktorat Geologi Bandung tidak seragam untuk penentuan garis konturnya. Jadi tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk menentukan garis kontur tebal.

Bila ketinggian kontur tidak dicamtumkan, maka harus dihitung dengan cara :

1. Cari 2 titik berdekatan yang harga ketinggiannya tercantum.

2. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut. Hitung berapa kontur yang terdapat antara keduanya (jangan menghitung kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).

3. Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat ).

4. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian (bila kontur terdekat itu berada di atas titik, maka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian. Bila kontur berada di bawahnya, harganya lebih kecil). Hitung harga kontur terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari(3).

Lakukan perhitungan di atas beberapa kali sampai yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar. Cantumkan harga beberapa kontur pada peta Anda (kontur 1000,1250,1500, dan sebagianya) agar mudah mengingatnya

c. Titik Triangulasi

Selain dari garis-garis kontur, kita dapat juga mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya disebut titik triangulasi, yaitu suatu titik atau benda berupa pilar/tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan atau topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat pada waktu pembuatan peta.

Macam titik triangulasi :

- Primer : - Kiartier :

- Sekunder : - Antara :

- Tersier :

d. Mengenal Tanda Medan

Disamping tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta topografi kita biasa menggunakan bentuk atan bentangan dalam yang menyolok dilapangan dan mudah dikenali dipeta, yang kita sebut sebagai tanda medan. Beberapa tanda medan dapat anda “baca” dari peta sebelum berangkat kelokasi, tetapi kemudian anda harus cari lokasi dan dicocokkan di peta.

§ Puncak gunung atau bukit, pegunungan, lembah antara dua puncak, dan bentuk-bentuk tonjolan yang mencolok.

§ Punggung gunung/bukit terlihat dipeta sebagai rangkaian kontur berbentuk “U” yang ujungnya melengkung menjauhi puncak.

§ Lembah dipeta terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk “V” yang ujungnya tajam dan menjorok kearah puncak.

§ Sadlle, daerah rendah dan luas terdapat antara dua ketinggian yang tidak terlalu ekstrim.

§ Col, merupakan daerah rendah dan sempit yang terdapat antara ketinggian.

§ Pass, merupakan celah yang memanjang yang membelah suatu ketinggian.

§ Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan, tebing-tebing ditepi sungai.

§ Belokan jalan, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, simpang jalan.

§ Bila berada dipantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang yang menjorok kelaut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta, dan sebagianya.

§ Didaerah daratan atau rawa-rawa biasanya sukar mendapat tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dipakai sebagai tanda medan. Pergunakan belokan-belokan sungai, muara-muara sungai kecil.

§ Dalam menyusuri sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing, deta, dan sebagianya, dapat dijadikan tanda medan.

Pengertian tanda medan ini mutlak dikuasai. Akan selalu digunakan pada uraian selanjutnya tentang teknik peta kompas.

Kompas

Guna Kompas

Kompas adalah alat petunjuk arah. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan selalu menunjuk arah Utara-Selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lain selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjukan oleh jarum kompas tersebut adalah arah Utara Magnetis bumi. Jadi bukan utara bumi sebenarnya.



Bagian-bagian kompas

Secara fisik, kompas terdiri dari :

a. Badan,tempat komponen-koponen kompas lainnya berada.

b. Jarum, selalu menunjukan arah Utara - Selatan pada posisi bagaimanapun (dengan syarat, kompas tidak dipengaruhi oleh medan magnet lain dan jarum tidak terhambat perputarannya).

c. Skala Petunjuk, menunjukan pembagian derajat sistem mata angin.

Jenis-jenis Kompas

Banyak macam kompas yang dapat dipakai dalam suatu perjalanan. Pada umumnya dipakai dua jenis kompas, yaitu kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva). Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam pembacaan dipeta perlu dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris (segitiga). Kompas silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu dalam pembacaan dan perhitungan peta.kompas yang baik pada ujung jarumnya dilapis fosfor agar dapat terlihat dalam keadaaan gelap.

Pemakaian Kompas

Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam pemakaian kompas pelu dijauhkan dari pengaruh-pengaruh benda-benda yang mengandung logam seperti pisau, golok,karabiner, tiang benda, jam tangan,dll. Benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.

Teknik Peta Kompas

Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis, menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bukit, sungai ataupun tanda-tanda medan lainnya. Atau dengan mengamati kondisi bentangan alam yang terlihat dan mencocokkannya dengan gambaran kontur yang ada di peta. Untuk keperluan praktis, utara kompas (utara magnetis)dapat dianggap satu titik dengan utara sebenarnya, tanpa memperhitung adanya deklinasi. Langkah-langkah orientasi peta :

a. Cari tempat yang pemandangannya terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.

b. Letakkan peta pada bidang datar.

c. Samakan utara peta dengan utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentangan alam yang dihadapi.

d. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut didalam peta. Lakukan untuk beberapa tanda medan.

e. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan sebenarnya maupun dipeta. Ingat hal-hal yag khas dari setiap tanda medan.

Resection

Prinsip resection : menentukan posisi kita dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak seluruh tanda medan harus dibidik, jika kita sedang berada ditepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu mencari satu tanda medan lain yang dibidik. Langkah-langkah resection :

a. Lakukan orientasi peta

b. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal dua buah.

c. Dengan busur dan penggaris, buat salip sumbu pada tanda-tanda medan tersebut.

d. Bidik tanda medan tersebut dari posisi kita.

e. Pindahkan sudut bidikan yang didapat kepeta, dan hitung sudut pelurusnya

f. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut pelurus tesebut adalah posisi kita dipeta.

Intersection

Prinsip intersection : menentukan posisi suatu titik (benda) dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita harus sudah yakin pada posisi kita dipeta.

Langkah-langkah melakukan intersection:

a. lakukan orientasi, dan pastikan posisi kita

b. bidik objek yang kita amati.

c. Pindahkan sudut yang didapat dipeta

d. Bergerak keposisi lain, dan pastikan posisi tersebut dipeta. Lakukan langkah 2 dan 3

e. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi objek yang dimaksud.

Azimuth – Back Azimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Bila kita bejalan dari satu titik ketitik lain dengan sudut kompas yang tetap (istilah populernya “potong kompas”), maka harus diusahakan agar lintasannya berupa satu garis lurus.untuk itu digunakan teknik back-azimuth. Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikkan kompas muka dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkah :

a. Titik awal dan titik akhir perjalanan diplot dipeta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung juga sudut dari titik akhir ke titik awal., kebalikan arah perjalanan. Sudut yang terakhir ini adalah sudut back-azimuth.

b. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan (pohon besar, pohon tumbang, longsor tebing, susunan pohon khas, ujung kampung, dan sebagianya.

c. Bidik kompas sesuai dengan arah perjalanan kita (sudut kompas). Perhatikan tanda medan lain diujung lintasan yang akan dilalui pada arah itu.

d. Setelah sampai pada titik medan itu, bidik kompas kembali kebelakang (sudut back-azimuth) untuk mencek apakah anda berada pada lintasan yang diinginkan. Bergeserlah kekiri atau kekanan untuk mendapatkan “back-azimuth yang benar”

e. Sering kali tidak ada tanda medan yang dijadikan sasaran. Dalam hal ini anda seorang rekan dapat berfungsi sebagai tanda tersebut.

Analisa Perjalanan

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilalui, denan cara mempelajari peta yang dipakai. Yang perlu dianalisa adalah jarak, waktu, dan tanda-tanda medan.

1. Jarak

Jarak diperkirakan dangan menganalisa dan mempelajari peta. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jarak sebenarnya yang ditempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalikan dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.

2. Waktu

Bila sudah dapat memperkirakan jarak, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Ada teori klasik untuk memperkirakan waktu tempuh ini, yaitu Hukum Naismith (lihat Ilmu Penaksiran)

3. Tanda Medan

Cari dan ingat tanda-tanda medan di peta yang mungkin bisa menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.

4. Medan Tidak Sesuai Peta

Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa petanda salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambar dipeta, karena sungai itu kering dimusim panas. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lainnya yang mungkin terjadi.

Bila anda menjumpai ketidak sesuaian antara peta dengan kondisi dilapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, cari tanda-tanda medan yang bisa dikenali. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada dipeta sehingga hal-hal lainyangdapat dianalisa akan terlupakan.

Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, menyusuri sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta topografi 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 umumnya cukup teliti.

ALTIMETER

Altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi kompas sering tidak banyak digunakan, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :

- Setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi. Periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti.

- Altimeter sangat sensitive terhadap guncangan, cuaca, dan perubahan temperature.

Menentukan Arah Tanpa Kompas

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menetukan arah apabila kompas tidak tersedia atau tidak dapat berfungsi :

1. Dengan tanda-tanda alam

Misalnya :

Kuburan Islam menghadap keutara

Mesjid menghadap kiblat, untuk Indonesia menghadap kebarat laut.

Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukan arah timur, karena sinar matahari yang belum terik pada pagi hari.

2. Dengan bayangan

Ada dua cara, keduanya dapat dipakai kapan saja selama ada cahaya matahari .

a. Pada lokasi datar dan terbuka, tancapkan tongkat (sekitas 1 meter) kedalam tanah, usahakan selurus mungkin. Tandai bayangannya sebagai satu titik. Tunggu sekitar 15 menit, dan tandai lagi bayangan yang baru. Hubungkan antara kedua titik, dan baris ini menunjukan arah barat (titik pertama) dan timur (titik kedua). Arah utara dapat ditentukan dari arah barat dan timur .

b. Cara kedua menghasilkan arah yang lebih teliti, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama. Sama seperti cara sebelumnya, namun tanda bayangan pertama didapat dipagi hari. Gambarkan busur dari titik tersebut dengan tongkat sebagai pusatnya. Pada siang hari bayangan akan memendek dan memanjang kembali pada sore hari. Garis antara kedua titik tersebut menunjukan arah barat (titik pada pagi hari) dan timur (pada titik sore hari)

3. Dengan Perbintangan

- Perhatikan arah bulan , bintang dan matahari yang terbit dari timur dan terbenam dibarat.

- Perhatikan rasi bintang crux (Bintang Salip atau Gubug Penceng). Perpanjangan garis diagonal yang memotong horizon dari tempat kita adalah selatan.

Tempat Memperoleh Peta Topografi

Saat ini ada 3 instansi yang dapat mengeluarkan peta topografi untuk masyarakat umum, yaitu:

1. Direktorat Geologi Jalan Diponegoro No. 57 Bandung

Direktorat Geologi merupakan beberapa seri peta topografi yaitu : peta buatan Dinas Topografi Belanda (Topografische Dienst, Batavia dan Topografische Inliching, Batavia) hasil pemetaan tahun 1920-an.

2. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal) di Cibinong, Jawa Barat. Bakorsurtanal menerbitkan peta topografi seri tersendiri yang dibuat tahun 1970-an, dan merupakan peta berwarna. Peta Sumatera 1 : 50.000 berwarna hampir seluruhnya selesai. Untuk Jawa akan diterbitkan peta 1 : 25.000 berwarna, namun baru sampai daerah ujung kulon. Irian 1 : 100.000 bekerjasama dengan Australia dan Inggris, berwarna.

3. Pusat Survey dan Pemetaan TNI (PUSURTA), mempunyai dan membuat peta topografi yang rinci. Permohonan harus menggunakan izin khusus.

Rabu, 23 Maret 2011

Contoh Proposal Mapala Suska Riau

Pekanbaru, 24 Maret 2011

No : 34 /B/MSSK/UKK/III/2011

Lam : 1 bundel

Hal : MOHON BANTUAN DANA

Kepada Yth,

…………………………………

Di

Tempat

Assalam’alaikum Wr Wb

Salam Lestari...!!!

Dengan Hormat,

Do’a dan harapan kami semoga bapak/ibu dalam keadaan sehat serta sukses dalam menjalankan aktifitas sehari-hari,Amin...

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya “XPDC 10 PUNCAK TERTINGGI DI INDONESIA”yang insya Allah akan dilaksanakan pada tanggal 16 april-16 Juni 2011. maka dari itu dapatlah kiranya bapak/ibu membantu kegiatan kami guna mensukseskan acara tersebut.Proposal Terlampir

Demikianlah surat permohonan ini kami sampaikan,atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terimakasih

Wasalamu’Alaikum Wr Wb.

PANITIA PELAKSANA

XPDC 10 PUNCAK TERTINGGI DI INDONESIA

MAHASISWA PECINTA ALAM SULTAN SYARIF KASIM

(MAPALA SUSKA) UIN SUSKA RIAU

Ketua Panitia Sekretaris

M.Muda’i M.Afdhal

MSSK: 07.14.155 MSSK.09.16.164

Mengetahui,

Pengurus Mapala Suska Periode 2011-2012

Ketua Mapala Suska

Adi Perwira

Npa. MSSK.06.13.148




XPDC 10 PUNCAK TERTINGGI DI INDONESIA

PANITIA PELAKSANA

XPDC 10 PUNCAK TERTINGGI DI INDONESIA

MAHASISWA PECINTA ALAM SULTAN SYARIF KASIM

(MAPALA SUSKA) UIN SUSKA RIAU

Ketua Panitia Sekretaris

M.Muda’i M.Afdhal

MSSK 07.14.155 MSSK 09.16.164

Mengetahui,

Ketua Mapala Suska

Adi Perwira

NPA MSSK 07.14.156

Menyetujui,

a.n.Rektor UIN Suska Riau

Pembantu rektor III

Drs. Sudirman, M.Ag

NIP.196701011994031006

I. Latar Belakang

GUNUNG ADALAH SUMBER ILMU, Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa ada banyak sekali ilmu yang sesungguhnya bisa kita petik dari kegiatan mendaki gunung. Berikut ini hanyalah sebagian dari beberapa kelompok ilmu yang bisa diajarkan gunung kepada kita:

A. Ilmu pengetahuan alam

Tak dapat dipungkiri, bahwa gunung adalah sumber ilmu pengetahuan. Para peneliti yang gemar meneliti tentang gunung, akhirnya dapat menemukan dan merumuskan beberapa ilmu-ilmu baru yang dapat berguna bagi manusia. Seperti contohnya: Ilmu volcanologi, botani, zoologi, topografi, ilmu batuan, ilmu lapisan tanah, ilmu obat-obatan, arkeologi dsb yang terlalu banyak untuk disebutkan. Cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut, tentu saja tak begitu saja muncul. Melainkan melalui proses pencarian dan penemuan secara berkala oleh orang-orang yang memang senang sekali menjelajah gunung-gunung, dan kegiatan pencarian itulah yang sebenarnya disebut dengan ekspedisi. Jadi ekspedisi bukan sekedar mendaki puncak-puncak gunung lalu pulang kembali tanpa menghasilkan sesuatu.

B. Ilmu sosial

Kegiatan mendaki gunung juga akan berdampak pada bertambahnya wawasan tentang ilmu sosial kita. Sebab, setiap kita mendaki gunung maka kita akan selalu bertemu dan berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sendiri, penduduk desa atau dengan para pendaki yang mungkin kita jumpai. Kita akan belajar bagaimana bergaul, menghormati dan bersikap baik dengan orang lain, karena jika kita tidak mampu beradaptasi dengan baik, maka kita akan merasakan kerugian yang bisa langsung kita rasakan sendiri.

Dengan mendaki gunung, mengajarkan kita untuk bersosialisasi, bekerjasama dan menjalin tali persahabatan. Oleh karena itu, setelah melakukan kegiatan mendaki gunung, biasanya kita akan merasakan tali persahabatan terjalin lebih erat daripada sebelumnya. Sebab, kita sudah melalui hidup bersama mengatasi berbagai kesulitan, tidur bersama, makan bersama, susah bersama, dan senang bersama selama beberapa hari di alam bebas.

Selain itu, kita juga akan banyak belajar tentang masyarakat desa. Sebab ketika kita melalui desa atau dusun terpencil tempat kita melakukan titik awal pendakian, maka secara tak langsung kita akan belajar mengenal tentang kebudayaan masyarakat baru yang kita temui disana. Baik bahasanya, agamanya, sistem sosialnya, mata pencahariannya, ilmu pengetahuannya, keseniannya, atau adat istiadatnya.

C. Ilmu Filsafat

Mendaki gunung akan mendekatkan kita kepada alam, hal ini tentu bukan rahasia lagi. Sama halnya dengan seorang pelaut yang mengatakan bahwa ‘dengan mengarungi lautan kita akan mengenal diri kita dan bisa lebih menghormati alam’. Sebenarnya hampir sama antara pelaut, pendaki gunung, penerbang atau bahkan astronot. Semakin kita menjelajahi alam maka kita justru akan merasa dekat dengan alam, baik sebagai sahabat atau musuh sekalipun. Jika kita merasakan kedekatan dengan alam dan mengenal alam dengan baik, maka dengan sendirinya kita akan tahu siapakah sebenarnya kita ini. Jika kita sedang berada di tempat yang aman dan nyaman, berada di rumah, gedung atau hotel dengan dikelilingi orang-orang terdekat kita. Mungkin kita akan merasa sebagai manusia yang memang lebih unggul dari makhluk lainnya. Tetapi jika sedang berada di tengah hutan yang gelap, dikelilingi kabut dan udara yang menusuk tulang. Kita akan tahu bahwa kita hanyalah makhluk yang paling lemah. Kita kalah jauh dengan tumbuhan dan hewan yang mampu bertahan hidup di tengah hutan tanpa membawa bekal makanan atau tenda untuk berlindung dari hujan dan dinginnya udara.

Dengan mendaki gunung, kita akan terbiasa merasakan betapa lemahnya diri kita dan betapa dahsyatnya kekuatan sang alam. Apalagi penciptanya? Demikianlah, dengan mendaki gunung kita akan merasakan kedekatan dengan alam yang pada akhirnya akan mengantarkan kita kepada kedekatan diri kita dengan Tuhan. Jadi dengan mendaki gunung, kita akan belajar ilmu agama yang jauh lebih tinggi, yakni ilmu hakikat diri.a

BELAJAR DARI FILOSOFI MENDAKI GUNUNG

Gunung adalah bayang-bayang kehidupan Puncaknya adalah cita-cita. Lerengnya adalah usaha Lembahnya adalah iman dan pengetahuan. Hutannya adalah anugerah Dan kabutnya adalah cobaan Semakin runcing sebuah gunung Semakin sulit pula menggapai puncaknya, tapi butuh waktu yang singkat SEBALIKNYA Semakin landai sebuah gunung Semakin mudah pula menggapai puncaknya, tapi butuh waktu yang lebih lama Tapi Puncak bukanlah tujuan akhir, karena jalan menurun, telah siap untuk ditapaki semakin sulit dan menyesatkan menuju lembah tempat kembali.

KODE ETIK PECINTA ALAM INDONESIA

“ PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA “

“PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR ”

” PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA “

Sesuai dengan hakekat diatas kami dengan kesadaran menyatakan:

1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan

kebutuhannya.

3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.

4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai

manusia dan martabatnya.

5. Berusaha mempererat tali persahabatan sesama pecinta alam sesuai dengan azas pecinta

alam

6. Berusaha saling membantu dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.

7. Selesai.
Disahkan
bersama dalam GLADIAN IV – 1974 Di Ujung Pandang

DARI PETUALANG UNTUK PARA PETUALANG

“Ketika manusia mendaki gunung yang tinggi, manusia akan menyadari bahwa ternyata masih banyak lagi gunung-gunung yang belum didaki” Nelson Mandela

“Dibutuhkan lebih banyak keberanian untuk menghadapi kehidupan sehari-hari yang sebenarnya lebih kejam dari pendakian yang nyata. Tetapi lebih banyak dibutuhkan ketabahan untuk bekerja di kota daripada mendaki gunung yang tinggi”

“Dapatkah Anda membukakan jendela-jendela itu? Aku ingin berpamitan dengan gunung-gunungku tercinta yang biru. Untuk terakhir kalinya saya ingin memandang hutan-hutan lebatku yang hijau. Sekali lagi aku ingin menghirup udara pegunungan, udara alam bebas itu”

II. NAMA KEGIATAN

XPDC 10 ( Sepuluh) Puncak Gunung Tertinggi di Indonesia.

III. BENTUK KEGIATAN

Bentuk kegiatan pendakian puncak gunun g tertinggi di indonesia adalah :

1. Melihat dan memepelajari sosial masyarakat sekitar

2. Mengaplikasikan meteri Navigasi, Survival, Mountainering, P3K, dll

3. Belajar tentang hakikat alam

4. Mengenali potensi wisata dan sumber daya alam di Indonesia

5. Menjelejajahi 10 Puncak Tertinggi di Indonesia Yang Terdiri dari :

1. Gunung Jaya W Ketinggian 5.030 mdpl Prov. Irian Jaya

2. Gunung Lauser Kdetinggian 4.446 mdpl Prov. Nangro Aceh Darussalam

3. Gunung Kerinci Ketinggian 3.805 mdpl Prov. Jambi

4. Gunung Rinjani Ketinggian 3.726 mdpl Prov. Nusa Tenggara Timur

5. Gunung Semeru Ketinggian 3.676 mdpl Prov. Jawa Timur

6. Gunung Slamet Ketinggian 3.432 mdpl Prov. Jawa Tengah

7. Gunung Sumbing Ketinggian 3.336 mdpl Prov. Jawa Tengah

8. Gunung Dempo Ketinggian 3.157 mdpl Prov. Sumatra Selatan

9. Gunung Sindoro Ketinggian 3.153 mdpl Prov. Jawa Tengah

10. Gunung Agung Ketinggian 3.142 mdpl Prov. Bali

IV. LANDASAN KEGIATAN

Pendakian puncak tertinggi di indonesia ini di landaskan pada:

1. Program kerja Mapala Suska pada Divisi SAR dan Alam Bebas

2. AD/ART Mapala Suska

3. Hasil Mukhtamar MPTIS dan hasil siding Tahunan Mapala Suska

4. Hasil keputusan Rapat seluruh anggota Mapala Suska

V. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Memupuk kepedulian generasi muda pada upaya pelestarian alam atau lingkungan.

2. Mengetahui dan mengelola potensi tim dari personil yang berkegiatan.

3. Menguasai teknis pencegahan dan penanganan pertama gawat darurat medis di lapangan.

4. Meningkatkan kesadaran peserta terhadap keselamatan kerja.

5. mengetahui kemampuan dasar mengelolah penjelajahan dan teknik bertahan hidup di alam terbuka khusunya Rimba gunung.

6. Mensosialisasikan UIN SUSKA RIAU dan MAPALA SUSKA RIAU di mata nusantara

7. Membawa nama baik marwah propinsi Riau

8. Mengibarkan bendera sangsaka merah putih

9. Mengetahui dan mempelajari suku, budaya, bahasa, dan sosial masyarakat.

10. Menunjukkan dan memperkenalkan potensi keindahan dan pesona daerah pegunungan 10 puncak tertinggi di Indonesia.

VI. OUTPUT

1. Kerangka manajemen kegiatan, pencegahan dan penanganan gawat darurat.

2. Terciptanya hubungan yang antar instansi yang tergabung dalam tugas-tugas kemanusiaan.

3. Kesadaran terhadap pentingnya mengutamakan keselamatan dalam kegiatan di alam terbuka khususnya gunung hutan.

4. Terbentuknya kesadaran yang tinggi dalam diri pemuda, dan kalangan intelektual mahasiswa mengenai pentingnya pelestarian lingkungan hidup dan membangun hubungan yang harmonis antara eksistensi manusia dan pasifitas alam.

5. Pengalaman positif dan membangun bagi kalangan pemuda dan intelektual mahasiswa dalam berinteraksi dengan alam gunung secara langsung.

6. Momen penting bagi intelektual mahasiswa dalam kegiatan bernuansa lingkungan alam.

VII. WAKTU KEGIATAN

Kegiatan pendakian puncak tertinggi di indonesia ini dilaksanakan pada :

Hari / Tanggal : 16 April -16 Juni 2011

VIII. PESERTA KEGIATAN

Peserta kegiatan XPDC 10 Puncak Tertinggi ini adalah:

No

Nama

NPA

1

M. Muda’i

MSSK 07.14.155

2

Nina Khairiyani

MSSK 07.14.156

3

Adi perwira

MSSK 06.13.148

4

Two Bagus Parito Pohan

MSSK 02.09.120

5

Nofrinaldi

MSSK 09.16.157

6

M. Afdhal

MSSK 09.16.164

7

Ratna Wati

MSSK 08.15.160

8

Alfian Furkani

MSSK 04.11.132

9

Reno Umaron

MSSK 09.16.177

10

M. Yusuf

MSSK 09.16.165

IX. SUSUNAN PANITIA

Terlampir

X. ESTIMASI DANA KEGIATAN

Terlampir

XI. SUMBER DANA KEGIATAN

Sumber dana yang diharapkan :

  1. Iyuran Rutin anggota Mapala Suska
  2. Lembaga sosial dan perorangan
  3. Pendaftaran peserta
  4. Perusahaan yang beroperasi di propinsi Riau
  5. Sumber-sumber yang sifatnya tidak mengikat

XII. KRITERIAN DAN SPONSORSHIP

Demi kelancaran XPDC ini ,maka pelaksana kegiatan menawarkan kepada perusahaan, instansi atau perorangan untuk berpartisipasi sebagai sponsor tunggal, sponsor utama, co-sponsor, dan donatur .

Adapun kriteria keikutsertaan dalam partisipasi kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Sponsor Tunggal

Spronsor tunggal adalah sponsor yang menaggung keseluruhan biaya pelaksanaan dengan timbal balik sebagai berikut;

· Pencatuman nama perusahaan atau instansi pada publikasi seperti pada radio, televisi, surat kabar, spanduk. ( pajak ditanggung sponsor )

· Pemasangan umbul-umbul dan spanduk perusahaan pada tempat kegiatan dilaksanakan. ( material ditanggung sponsor )

· Pencatuman nama perusahaan pada seluruh latar belakang pentas

· Memberikan kata sambutan pada open seremoni kegiatan

· Tidak ada sponsor lain

2. Sponsor Utama

Sponsor utama adalah sponsor yang menanggung 70% dari keseluruhan biaya pelaksana kegatan, dengan timbal balik sebagai berikut :

· Pencatuman nama perusahaan atau instansi pada publikasi seperti pada radio, televisi, surat kabar, spanduk. ( pajak ditanggung sponsor )

· Pemasangan umbul-umbul dan spanduk perusahaan pada tempat kegiatan dilaksanakan. ( material ditanggung sponsor )

· Pencatuman logo nama perusahaan pada seluruh latar belakang pentas

· Memberikan kata sambutan pada open seremoni kegiatan

3. Co-Sponsor

Co-Sponsor adalah sponsor yang memberikan partisipasi kegiatan dalam bentuk lain, dengan timbale balik :

· Pemasangan umbul-umbul dan spanduk perusahaan pada tempat kegiatan dilaksanakan.

( material ditanggung sponsor )

· Pencatuman logo nama perusahaan pada publikasi

XIII. PENUTUP

Demikianlah proposal ” XPDC 10 PUNCAK TERTINGGI DI INDONESIA” ini kami ajukan dengan harapan dapat menjadi perhatian kita bersama untuk membangun generasi muda yang kreatif, aktif, bertanggung jawab dan tanggap terhadap kelestarian lingkungan.

Semoga kegiatan ini dapat berjalan sukses dan lancar dengan lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa serta bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Amin

Panitia Pelaksana

XPDC 10 Puncak Tertinggi Di Indonesia

Mahasiswa Pecinta Alam Sultan Syarif Kasim

(Mapala Suska) Uin Suska Riau

Ketua Panitia Sekretaris

M.Muda’i M.Afdhal

MSSK 07.14.155 MSSK 09.16.164

Mengetahui,

Ketua Mapala Suska

Adi Perwira

NPA MSSK 07.14.156

Lampiran I

SUSUNAN PANITIA

PENDAKIAN PUNCAK TERTINGGI INDONESIA

PELINDUNG : Prof.Dr.H.M. Nazir karim (Rektor UIN Suska)

PENASEHAT : Drs. Sudirman, M. Ag (Pembantu Rektor III)

TIM PENGARAH : Dewan Kehormatan Mapala Suska

PENANGGUNG JAWAB : (Ketua Mapala Suska)

(Wakil ketua)

KETUA PANITIA : M.Muda’i

SEKRETARIS : M.Afdhal

BENDAHARA : Ratnawati

TIM LOGISTIK : Adi Perwira

Nina Khairiani

PERLENGKAPAN : M. Yusuf

Alfian Furkani

Reno Umaron

DOKUMENTASI : R. Noprinaldi

Two Bagus

E. KEBUTUHAN ANGGARAN

1. Persiapan & Perlengkapan

N0

KEBUTUHAN

RINCIAN

UNIT

JUMLAH

Merek

1

Persiapan fisik

Rp. 100.000,00

2 bulan

Rp. 1.000.000,00

-

2

Baju TIM XPDC

Rp. 300.000,00

10 Buah

Rp. 3.000.000,00

Kaos

3

Tenda Dom isi 5 Org

Rp. 1.500.000,00

2 Buah

Rp. 3.000.000,00

Eiger

4

Carier 60 liter

Rp. 1.000.000,00

6 Buah ,

Rp. 6.000.000,00

Deuter

5

Tas Ransel

Rp. 500.000,00

4 Buah

Rp. 2.000.000,00

Deuter

6

Trangia (Alt Masak)

Rp. 1.500.000,00

3 Buah

Rp . 4.500.000,00

Lokal

7

Spirtus

Rp. 10.000,00

50 Botol

Rp. 500.000,00

Lokal

8

Kompas Silva

Rp. 700.000,00

2 Buah

Rp. 1.400.000,00

Lokal

9

GPS

Rp. 5.000.000,00

2 Buah

Rp.10.000.000,00

Garmin

10

Head Light

Rp. 55.000,00

10 Buah

Rp. 550.000,00

Energizer

11

Sepatu Tracking

Rp. 450.000,00

10 Pasang

Rp. 4.500.000,00

Eiger

12

Lentera

Rp. 35.000,00

4 Buah

Rp. 140.000,00

Lokal

13

Webbing

Rp. 35.000,00

10 Buah

Rp. 350.000,00

Per 4,5 m

14

Matras

Rp. 70.000,00

10 Buah

Rp. 700.000,00

Eiger

15

Oksigen Tabung

Rp. 200.000,00

10 Buah

Rp. 2.000.000,00

Lokal

16

Rain Coat

Rp. 150.000,00

10 Buah

Rp. 1.500.000,00

Eiger

17

Jaket Lapangan

Rp. 500.000,00

10 Buah

Rp. 1.610.000,00

Consina

18

Harnes Full Body

Rp. 325.000,00

5 Buah

Rp. 1.625.000,00

Lokal

19

Figure 8

Rp. 135.000,00

3 Buah

Rp. 405.000,00

Camp

20

Carabiner Screw

Rp. 135.000,00

5 Buah

Rp. 675.000,00

Feders

21

Pulley Fixe

Rp. 225.000,00

5 Buah

Rp. 1.125.000,00

Lokal

22

Pulley Tandom

Rp. 425.000,00

5 Buah

Rp. 2.125.000,00

Lokal

23

Zumar

Rp. 250.000,00

2 Buah

Rp. 500.000,00

Lokal

24

Grigi

Rp. 800.000,00

2 buah

Rp. 1.600.000,00

Petzl

25

Hanger

Rp. 40.000,00

15 buah

Rp. 600.000,00

Petz

26

Sling/ Runner

Rp. 200.000,00

7 set

Rp. 1.400.000,00

Petzl

27

Carmantel @ Statis

Rp. 1.700.000,00

1 Buah

Rp. 1.700.000,00

Beal

28

Carmantel @ Dinamis

Rp. 2.000.000,00

1 Buah

Rp. 2.000.000,00

Beal

29

Hakking Stik

Rp. 80.000,00

10 Buah

Rp. 800.000,00

Eiger

30

Helmet

Rp. 85.000,00

10 Buah

Rp. 850.000,00

Lokal

31

Sarung Tangan

Rp. 90.000,00

10 Pasang

Rp. 900.000,00

Consina

32

Kupluk

Rp. 55.000,00

10 Buah

Rp. 550.000,00

Eiger

33

Sliping Bad

Rp. 300.000

10 Buah

Rp. 3.000.000,00

Karrimor

N0

KEBUTUHAN

RINCIAN

UNIT

JUMLAH

Merek

34

PPGD

Rp. 200.000

2 kotak

Rp. 400.000,00

-

35

Bendera Merah Putih

Rp. 40.000

10 Buah

Rp. 400.000,00

2x2 meter

36

Spanduk XPDC

Rp. 100.000

2 Buah

Rp. 200.000,00

-

Jumlah

Rp.63.605.000,00

2. Transportasi

N0

KEBUTUHAN

RINCIAN

UNIT

JUMLAH

1

Transportasi XPDC

Rp. 15.000.000,00

10 Orang

Rp.150.000.000,00

Jumlah

Rp.150.000.000,00

3. Dokumentasi dan Publikasi

N0

KEBUTUHAN

RINCIAN

UNIT

JUMLAH

1

Camera Digital

Rp. 2.000.000,00

2 Buah

Rp. 4.000.000,00

2

Cuci Cetak Foto

Rp. 2.000,00

500 Buah

Rp. 1.000.000,00

3

Tranfer CD

Rp. 50.000,00

10 Buah

Rp. 500.000,00

4

Publikasi Radio Lokal

Rp. 250.000,00

Cendana Fm

Rp. 250.000,00

5

Publikasi Koran Lokal

Rp. 250.000,00

Riau Pos

Rp. 250.000,00

6

Publikasi TV Swasta

Rp. 2.000.000,00

RCTI

Rp. 2.000.000,00

Jumlah

Rp. 8.000.000,00

4. Logistik

N0

KEBUTUHAN

RINCIAN

UNIT

JUMLAH

1

Konsumsi selama Kegiatan

Rp. 20.000.000,00

1 Tim

Rp. 20.000.000,00

2

Biaya Tak terduga

Rp. 5.000.000,00

1 Tim

Rp. 5.000.000,00

Jumlah

Rp. 25.000.000,00

5.Rekapitulasi Anggaran Biaya

N0

KEBUTUHAN

JUMLAH

1

Persiapan & Perlengkapan

Rp. 63.605.000,00

2

Dokumentasi dan Publikasi

Rp. 8.000.000,00

3

Transportasi

Rp. 150.000.000,00

4

Logistik

Rp. 25.000.000,00

Total Keseluruhan

Rp. 246.605.000,00

Terbilang : Dua Ratus Tiga Puluh Delapan Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah

Bendahara

Ratnawati

Mssk. 08.15.160